Saya adalah anak terakhir dalam keluarga, dan satu – satunya anak perempuan yang paling diidam – idamkan orang tua saya ketika orang tua saya benar – benar menginginkan anak perempuan. Saya memiliki dua saudara laki – laki kandung, mas toni dan mas ruli. Saya berbeda usia 8 dengan 10 tahun dengan mas – mas saya ini. Saya tidak pernah merasakan bagaimana mas itu menyayangi saya. Yang saya tahu mas selalu mencucikan baju saya, karena bapak yang menyuruhnya. Mungkin dulu karena saya ini anak emas menurut mas – mas saya, jadi mereka seperti memendam dendam kepada saya. Akibatnya, saya selalu merasa tertekan dengan mas – mas saya. Walaupun mungkin dalam lubuk hati mereka, mereka sangat sayang kepada saya tapi karena orang tua yang terlalu memanjakan saya jadi mas merasa iri kepada saya. Bahkan saya sering dibentak – bentak kala itu. Namun, dengan bergulirnya waktu mas – mas saya pun dewasa dengan segala masalah dan kebanggaan orang tua kepada mereka. Orang tua saya tidak pernah membeda – bedakan anaknya sebenarnya, segala yang dibutuhkan dan diinginkan mas – mas saya sebisa mungkin dituruti oleh orang tua saya. Hingga mas memiliki keluarga sendiri. Saya memang memiliki kedua kakak laki – laki, tapi saya merasa seperti anak tunggal. Sepi dan sendiri. Terkadang saya ingin sekali sedikit curhat atau berbicara dengan mas saya dalam konteks anak muda. Tapi tidak pernah dan tidak mungkin bisa, karena usia yang terlalu jauh dan mas – mas saya yang sudah sibuk dengan segala kesibukan di kantor dan rumah tangganya. Bapak dan ibu saya adalah tipe orang tua yang memberikan segalanya untuk anak. Tapi maaf bapak, bukannya saya tidak bersyukur memiliki bapak seperti bapak. Tapi ini hanya sedikit yang bisa saya amati dengan sesosok bapak. Bapak kalo boleh saya jujur, saya ingin sekali mengatakan kalo saya bingung di posisi ini. Ketika saya ada di kosan, bapak selalu merindukan saya. Tapi kenapa ketika saya ada di rumah cukup lama, saya merasa semua hal yang saya lakukan ini salah. Atau mungkin memang saya yang tidak pernah bersyukur memiliki bapak seperti bapak. Astagfirullah hal adzim. Ibu adalah orang yang paling mengerti apa yang saya inginkan. Dia selalu melakukan apapun agar saya senang dan bahagia, walaupun harus membuat kebohongan kepada bapak. Seperti hari ini, saya sudah membuat dua kesalahan fatal dalam hidup saya ini. Pertama adalah ketika ibu menanyai saya tentang bagaimana naik lift itu, karena ibu tidak pernah merasakannya. Saya memang cewek yang keras. Bahkan suara saya saja mengalahkan suara ibu ketika itu. Dalam surat al – quran saja berbicara hus atau ah tidak boleh. Apalagi saya berteriak – teriak dengan nada tinggi kepada ibu yang senantiasa membuat saya ada di muka bumi ini. Bahkan dengan tukang sampah saja saya lebih sopan. Ibu sampai bingung melihat saya yang seperti ini. Ibu juga bilang kalo saya ini sombong. Sungguh saya tidak tau lagi berapa besar dosa saya kepada ibu. Sebenarnya bagaimana diri saya ini. Dulu ketika SMA, saya memberontak dengan keadaan ini. Bahkan saya menyesal kalo mengingat semua kejadian itu. Kenapa saya tidak pernah bersyukur atas semua yang Allah berikan kepada saya. Kejadian kedua hari ini adalah ketika bapak bilang kepada ibu kalo mau pergi memancing hari minggu. Tapi ibu tidak membolehkan karena alasan tidak punya uang. Maklumlah bapak saya sudah hampir empat tahun pensiun dan tidak memiliki pemasukan, hanya dari ibu. Dari kejadian ini saja bapak terkadang merasa salah paham kalo semua anak – anaknya menceritakan segala sesuatu yang terjadi kepada ibu. Bapak berfikir kalo dirinya sudah tidak berguna karena tidak pernah membantu dalam hal keuangan, padahal berulang kali ibu menguatkan bapak dengan berkata, ‘dulu kalo gak ada bapak juga gak bisa apa – apa, gaji ibu kecil’. Kemudian aku menanyakan kepada ibu, kenapa kok masih tanggal muda segini ibu sudah tidak punya uang. Ibu meneteskan air matanya, dia berkata ‘sekarang memang yang aku biayai tinggal kamu, tapi darimana ibu mendapatkan untuk biaya mas – mas kamu dan kamu selama ini kalo tidak dari hutang? Tanggal tua atau muda sama saja, banyak lubang hutang yang harus ditutup. Bapak pun marah, beliau bilang kalo ‘kamu ini gak usah tanya macem – macem sudah di sekolahkan saja harus bersyukur, makanya jangan berteman dengan anaknya orang kaya aja’. Sekali – sekali liat di bawah. Saya merasa benar – benar bersalah telah menyakiti hati bapak dan ibu. Maafkan anakmu yang tidak pernah merasa sedikitpun bersyukur atas segala cinta dan kasih sayang yang sungguh tiada duanya dan tiada yang mampu memberikan sayang itu seperti bapak dan ibu. Luv U so much….I can’t live without you.
nice post :D
BalasHapus